Senin, 04 April 2016

Perkembangan Turki Abad 21

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Orang-orang Turki merasa lekat dengan agama yang mereka anut semenjak berabad-abad lampau, mereka bahkan marah kalau dikatakan bukan orang Islam. Sudah dipastikan agama Islam sebagai sesuatu yang sudah berakar di Turki sulit untuk dipengaruhi dengan ide-ide Barat. Ini tidak mengherankan. Karena rakyat Turki merasa punya keterikatan yang kental dengan Islam. Setelah tahun 1940 semua aktifitas keislaman dihidupkan kembali oleh mereka. Imam-imam Tentara pun sudah diaktifkan lagi di dalam Angkatan Bersenjata Turki. Tahun 1949 pendidikan agama yang tadinya dihapus dalam lembaga pendidikan Turki pun dihidupkan kembali, bahkan dijadikan mata pelajaran wajib disekolah. Mulai tahun 1950 orang Turki yang tadinya dilarang menunaikan ibadah haji dengan alasan pemborosan ekonomi, diperbolehkan lagi. Lembaga penerbitan Islam juga sudah kembali menyiarkan ide-ide tentang Islam[1]. Para buruh tani, petani yang tadinya takut mengikuti ajaran Tarikat, kini mulai berani. Bidang politik Islam yang tadinya dibubarkan dan dimusuhi oleh penguasa pembaru juga mulai memainkan peranan.
Text Box: 1Sejumlah tokoh yang walaupun tidak terlalu anti dengan ide pembaruan, namun sangat berkompeten untuk menegakkan citra Islam mencoba membangun kembali kekuatan Islam yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Secara, kehidupan bernegara, Konstitusi Turki tahun 1961, mengatur agama baik dalam teksnya sendiri maupun dalam rujukannya kepada serangkaian hukum organis. Pada intinya telah memberikan peluang baru bagi Islam sebagai ajaran moral yang mengikat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di luar dari momentum konstitusi tersebut, yang tentu saja mempunyai hakikat pembebasan atas pemberlakuan Islam sebagai pilihan masyarakat.
Kondisi Turki dewasa ini hanya meninggalkan warisan sejarah tentang upaya modernisme yang dijiwai oleh sekulerisasi, namun sekulerisasi itu sendiri boleh dikatakan kurang berhasil sepenuhnya.[2] Keadaan sosial sendiri merupakan suatu konsep yang memang sangat kuat bagi rakyat Turki yang Islam masih mendambakan dewi keberuntungan tersebut, dan mengenai keadilan sosial itu hanya bisa ditumpukan harapannya kepada jalur-jalur nilai Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Republik Turki pasca kemalisme?
2.      Bagaimanakah Perkembangan Islam di Turki modern?
3.      Bagaimanakah pemerintahan Recep Toyib Erdogan?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Republik Turki Pasca Kemalisme
Mustafa Kemal meninggal dunia pada tanggal 10 November 1938, setelah tiga kali menjabat sebagai presiden Republik Turki, yaitu pada tahun 1927, 1931 dan 1935. Mustafa Kemal diakui berhasil menciptakan sistem pemerintahan parlementer dengan sistem pemerintahan satu partai yaitu Partai Republik. Presiden Republik Turki selanjutnya adalah Ismet Inonu yang hampir menjadi seorang diktator. Tetapi setelah perang berakhir, sebuah partai oposisi, yakni Partai Demokrat, dibolehkan berdiri di bawah kepemimpinan Celal bayar, seorang mantan perdana menteri.[3]
Partai Demokrat memenangkan Pemilu pada bulan Mei 1950, yang mengangkat Celal Bayar sebagai presiden dan Adnan Menderes sebagai perdana menteri, sementara Inonu menjadi toko oposisi. Pada tahun 1960 tentara mengambil alih kekuasaan dan Partai Demokrat dibubarkan atas perintah Pengadilan. Pada tahun 1965 Partai Keadilan yang merupakan salah satu dari 11 partai yang muncul pada tahun 1960 memenangkan Pemilu dibawah pemerintahan Suleyman Demirel.[4]
Text Box: 3Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa demokrasi di Turki merupakan hasil dari revolution from above yang dikawal dengan bayonet. Terdapat beberapa alasan yang mencoba menjelaskan mengapa militer sangat dominan dalam pemerintahan Turki, yang belakangan digeser oleh Erdogan dengan kendaraan AKP melalui referendum terhadap Konstitusi Turki.
Pertama, sejarah mencatat bahwa bangsa Turki sejak awal dikenal sebagai the warrior nation. Mereka unggul dalam peperangan dan administrasi pemerintahan, sehingga seluruh dunia Islam pernah berada dibawah kekuasaannya dan beberapa negara Eropa berada di bawah kerajaan Usmani. Turki adalah satu-satunya “muslim country” yang tidak pernah dijajah Barat, bahkan pernah menaklukkan mereka. Kota Istanbul adalah sisa terakhir dari penaklukkan Usmani terhadap Barat.
Kedua, dari geo-politik, posisi Turki sangat rapuh, dikepung oleh kekuatan luar yang mengancam, baik karena factor kesejarahan maupun persaingan global antara Barat dan Timur. Ini mengkondisikan pada kekuatan militer untuk selalu waspada dan tampil di depan. Turki menjadi kekuatan terbesar NATO (The North Atlantic Treaty Organization) yang kedua setelah AS, dengan pasukan sebesar 514.000, dan cadangan sejumlah 380 ribu. Ketika terjadi Perang Korea (1950-1953) pasukan Turki diterjunkan kesana dengan payung PBB dan NATO. Bahkan kehadiran pasukan Turki ke Korsel telah ikut menyebarkan Islam. Pendeknya, tentara Turki selalu hadir sebagai penjaga perdamaian di negara yang dilanda krisis dengan mandat NATO.[5]
Ketiga, dukungan dan kepentingan AS terhadap militer Turki juga memperkuat posisi politik milter di dalam negerinya. Bagi AS posisi Turki sangat strategis sebagai mitra untuk menjaga stabilitas dan mendukung kepentingan Barat di kawasan Timur Tengah yang selalu bergolak, yang sebagian dialamatkan ke AS.
Ketiga faktor di atas, diperkuat lagi oleh pasal-pasal konstitusi yang ada, telah menempatkan militer merasa sebagai warga negara kelas satu di Turki, dengan mandat mengawal Kemalisme dan menjaga keamanan negara. Oleh karena itu telah berulangkali militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang ada dengan alasan untuk menyelamatkan ideologi Kemalisme, yaitu pada tahun 1960, 1971, 1980, dan 1997.[6] Namun semua itu oleh para pengamat tak lebih sebagai ketakutan militer yang merasa supremasinya hendak digeser oleh kekuatan sipil.

B.     Perkembangan Islam di Turki Modern
Bangkitnya Islam kembali di Turki dalam periode Pasca-Kemalis, merupakan suatu fenomena yang terjadi bersama-sama dengan pengendoran sekulerisme. Pengaruh umum dari Islam pada masyarakat Turki, setelah tertimpa pengaruh reformasi-reformasi sekular yang dilakukan di negeri itu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai tradisi Islam masih ada dalam kehidupan nasional rakyat Turki, dan hubungan Turki dengan Negara-negara Muslim. Semua usaha untuk melakukan reformasi dalam bidang agama di Turki kurang lebih telah gagal. Setelah coup d’etat tentara pada tanggal 27 Mei 1960, tuntutan rakyat untuk terjemahan autentik Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki disuarakan kembali. Kelompok agama tidak begitu menaruh perhatian pada tuntutan itu, sekalipun beberapa surat kabar Turki menerbitkan pertanyaan-pertanyaan tentang itu untuk menarik pandangan umum. Salah satu tuntutan jawaban terhadap pertanyaan itu adalah tentang shalat yang harus dilakukan dalam bahasa Turki. Mantan Direktur Urusan Agama, Omer Nasuhi Bilmen berkata dalam suatu statemen kepada pers, bahwa menurut prinsip-prinsip syari’ah, melakukan shalat dalam bahsa Turki tidak dibolehkan. Pemerintah mengambil sikap yang netral terhadap perbedaan pendapat ini, dan masalah itu berakhir dalam keadaan tidak menentu.[7]
Kebangkitan kembali Islam menunjukan perhatian yang murni diantara kelas yang terdidik dari rakyat Turki dalam mempelajari Islam. Harus diingat bahwa sentimen nasional ini, yang begitu kuat di Turki, sebagian besar juga bercampur dengan sentiment Islam. Hal itu merupakan tanggapan nasional dari rakyat Turki terhadap dorongan nasional yang kuat terhadap agama, dan merupakan bukti bahwa sekularisme telah gagal untuk memenuhi tuntutan-tuntutan sosial dan kultural.[8] Secara politis negara Turki telah mempunyai pandangan bahwa Turki adalah anggota dari peradaban Barat. Dalam hal loyalitas kultural, rakyat Turki terus mempertahankan identifikasi mereka dengan Islam. Sekalipun adanya pengaruh-pengaruh dari Barat, namun mereka tetap memelihara sementara cirri-ciri lama yang berupa keberanian, disiplin, setia kepada keluarga dan tanah air.
Terdapat banyak suku Kurdi berada dikawasan ini, sehingga secara politis sering kali menjadikan konflik terutama kesalah-pahaman mengenai kebijakan-kebijakan publik. Apalagi etnik Kurdi termasuk lebih banyak memilih pemahaman Islam yang lebih konservatif sehingga upaya-upaya untuk menegakkan syariat Islam kembali senantiasa disikapi secara represif oleh pemerintahan sekuler Turki. Sekalipun demikian setengah dari 98% penduduk Turki yang beragama Islam terus melanjutkan upaya ini meskipun sebatas gerakan bawah tanah. Tokoh cendekiawan Harun Yahya yang muncul pada Tahun 2000 ini, salah satu di antara mereka merupakan fenomena nyata dalam bentuk-bentuk perlawanan bawah tanah ini, penentang sekulerisme sains.[9]
Pentingnya pendidikan Islam bagi anak-anak Turki ditekankan diantara segenap lapisan masyarakat pada tahun-tahun akhir ini. Surat kabar-surat kabar harian dan berkala Turki menerbitkan banyak artikel tentang keharusan pendidikan Islam bagi pemuda-pemudi.  Semangat orang-orang Turki modern untuk menjadi suatu bangsa yang modern dan demokratis, selalu disertai dengan kesadarannya yang mendalam tentang watak dan ideal ke-Turkian dan keislaman.[10]
Tuntutan untuk pendidikan Islam yang lebih tinggi makin meningkat sejak tahun 1950. Selain daripada 26 sekolah untuk mencetak imam dan khatib, Fakultas Ketuhanan di Universitas Ankara, Institut Riset Islam di Universitas di Istanbul, tiga buah Institut Studi Islam Tinggi telah bekerja di Istanbul, Konya, dan Izmir. Sementara mahasiswa dari sekolah-sekolah imam dan khatib telah pergi ke luar untuk pendidikan yang lebih tinggi pada tahun-tahun akhir ini. Ini merupakan suatu arah yang sehat yang menujukan dorongan kuat dari rakyat dan pemerintah Turki untuk mempertahankan tingkatan yang tinggi dari studi Islam. Bersama-sama dengan sains dan seni modern.
Ketaatan orang-orang Turki untuk melakukan shalat, berpuasa, dan membangun masjid-masjid yang indah  adalah sangat terkenal.[11] Orang Muslim dari luar negeri yang datang ke Turki akan sangat terkesan oleh disiplin dan tertib  yang dilakukan oleh orang-orang Muslim Turki di dalam masjid-masjid mereka. Kedatangan orang-orang muslim ke masjid di kota-kota dan juga desa-desa adalah peristiwa biasa. Adzan dikumandangkan dalam bahasa Arab sejak tahun 1950, dan salat juga dilakukan dalam bahasa Arab seperti biasanya. Pembacaan Al-Qur’an oleh imam biasanya indah sekali, dan suaranya merdu.
Dikatakan bahwa al-Qur’an itu diturunkan di bumi Hijaz, dibaca di Mesir, ditulis di Turki. Adalah betul bahwa cara orang-orang Mesir membaca Al-Qur’an telah memperoleh kehormatan yang tinggi diseluruh dunia Islam, dan mushaf al-Qur’an yang paling baik adalah ditulis oleh penulis-penulis Turki.

C.    Pemerintahan Recep Tayyib Erdogan
Recep Tayyip Erdogan lahir di Istanbul pada 26 Februari 1954 adalah politikus Turki. Erdogan terpilih sebagai Walikota Istanbul dalam pemilu lokal pada tahun 1994. Sebagai Walikota Istanbul, ia menjadi terkenal karena ia seorang administratur yang efektif dan populis, membangun prasarana dan jalur-jalur transportasi Istanbul dan pada saat yang sama memperindah kota itu. Prestasi menonjol yang sulit dilupakan warga adalah keberhasilan pengadaan air bersih untuk penduduk, penertiban bangunan, mengurangi kadar polusi dengan melakukan aksi penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota, memerangi praktik prostitusi liar dengan memberikan pekerjaan lebih terhormat kepada wanita muda, dan melarang menyuguhkan minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol Walikota Istanbul.[12]
Erdogan mendirikan partai Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP atau Partai Keadilan dan Pembangunan) yang berhaluan islam pada tahun 2001. Partai AKP tersebut membawanya menjadi Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 sampai 28 Agustus 2014. Pada 28 Agustus 2014 Erdogan resmi dilantik menjadi presiden Turki ke-12 setelah terpilih dari hasil pemilihan presiden Turki yang digelar pada 10 Agustus 2014 yang merupakan pemilihan presiden secara langsung untuk pertama kalinya setelah 91 tahun berdirinya Turki.[13]
Adapun beberapa perubahan Turki di bawah kepemimpinan partai AKP yang didirikan oleh Erdogan diantaranya :
1.      Peningkatan pendapatan perkapita warga dari 3.000 dolar As menjadi 11.000 dolar As dalam kurun waktu 2002-1012. Total ekspor yang dahulu 32 milyar dolar menjadi 132 milyar dolar. Inflasi yang dulu 30% pada tahun 2012 hanya 5,7%. Jumlah wisatawan yang 4 juta orang sekarang menjadi 35 juta orang pertahun. 10 tahun yang lalu Turki memiliki pinjaman pada Bank Dunia 23 milyar dolar, sekarang boleh dikatakan tidak berhutang dan mampu membantu negara miskin di sekitarnya sekitar 3,5 juta dolar AS tiap tahun.[14]
2.      Salah satu kebijakan Erdogan yang dianggap mengkhianati ideologi sekuler Turki adalah pencabutan larangan memakai jilbab. Padahal, sejak pendirian negara Turki sekuler oleh Mustafa Kemal Ataturk, jilbab sudah tidak lagi diperbolehkan berada dalam dinamika pemerintahan dan masyarakat Turki. Karena pelarangan jilbab itulah, Erdogan terpaksa menyekolahkan anak-anak gadisnya ke Amerika dan Eropa yang memang membolehkan siswi berjilbab. Dalam rentang 10 tahun Istri PM Erdogan dan Presiden Hayrunnisa Gul tidak bisa mendampingi suami mereka di Rumah Dinas dan Istana Negara karena alasan berjilbab.[15]
Arah dan orientasi politik luar negeri Turki yang baru telah secara signifikan mengubah lansekap politik regional. Kemudian menyebabkan tiga implikasi terhadap empat kawasan sebagai berikut[16]:
  1. Implikasi atas Eropa. Pada perundingan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa di Luxemburg, 04 Oktober 2005, Turki menerima statusnya sebagai negara kandidat. Dalam perspektif kepentingan Eropa, masuknya Turki dalam Uni Eropa akan melebarkan ruang pengaruh (sphere of influence) Eropa yang sebelumnya terhenti di Selat Bosporus.
  2. Implikasi atas kawasan Timur Tengah. Turki memainkan peranan sebagai katalisator bagi hubungan pihak Timur Tengah dengan Barat, selain itu Turki juga berambisi menjadi aktor utama dalam melakukan transformasi demokrasi di Timur Tengah. Karenanya Turki berupaya membangun kepercayaan politik negara-negara di Kawasan Timur Tengah.
  3. Implikasi atas Rusia. Dari perspektif Strategic Depth Turki, Erdogan jelas melihat pentingnya hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Kedua pemimpin (Erdogan dan Putin) dalam banyak kesempatan menekankan pentingnya kerjasama dan konvergensi positif. Rusia adalah aktor regional yang teramat penting bagi Turki, demikian pula sebaliknya. Kedua pemimpin digambarkan memiliki banyak kesamaan dalam latar belakang individual, kegemaran, dan pandangan politik Internasional.
  4. Implikasi atas kawasan Kaukasus. Ada setidaknya delapan negara bekas Uni Soviet yang memiliki ikatan etnisitas dan bahasa dengan Turki. Diprediksikan akan adanya ruang pengaruh (sphere of influence) Turki di kawasan Asia Tengah ini ke depannya. Meskipun pada kenyataannya, ada juga Rusia dan Iran yang memiliki kepentingan yang sama. Kehadiran pemerintahan Erdogan semakin memperkuat peran Turki atas delapan negara tadi dan memperkokoh posisinya sebagai ‘Saudara Tua’. Turki mampu melakukan kapitalisasi politik dan ekonomi di kawasan tersebut. Seiring instabilitas politik di Uzbekistan, Kyrgistan, dan Azerbaijan baru-baru ini, AS dan Barat akan melihat peran mediatif Turki di kawasan Asia Tengah tersebut.
Pemerintahan Erdogan memerankan dirinya sebagai focal point atas perjuangan rakyat Palestina. Dia dengan tegas menyatakan bahwa persoalan bangsa Palestina menjadi urusan domestik rakyat Turki. Sebagai bagian dari perspektif Turki yang baru, Erdogan tidak segan berseteru dengan Presiden Perez dan meninggalkannya di tengah tatapan nanar dan tercengang para pemimpin dunia lainnya yang hadir. Dalam diskusi panel di World Economic Forum di Davos, Swiss pada Oktober 2009 yang lalu, PM Recep Tayyip Erdogan mengkritik pedas Presiden Israel, Shimon Perez yang juga hadir sebagai narasumber, atas agresi militer Israel yang menewaskan lebih dari 2000 warga sipil.
Kebangkitan Turki di bawah Erdogan dan peran politik luar negeri Turki yang makin menonjol belakangan ini, dinilai banyak pengamat, termasuk oleh lawan-lawan politik Erdogan, sebagai fenomena kebangkitan “Neo-Ottomanisme. Neo-Ottomanisme adalah visi kenegaraan dan politik baru Turki yang menekankan kekuatan peran politik Turki, baik pada tingkat regional maupun global melalui kekuatan diplomatik. Jadi, Neo-Ottomanisme –berbeda dengan Kekhalifahan Usmani– merupakan grand strategi yang memosisikan Turki sebagai pemain dunia, tetapi menggunakan kekuatan lunak (soft power) dan steril dari interest imperialisme.[17] Jadi Neo-Ottomanisme ini sebagai "soft power" menjadi jembatan antara Timur dan Barat, sebuah bangsa Muslim, negara sekular, demokratik, dan sebagai kekuatan ekonomi kapitalis.
BAB III
KESIMPULAN
1.      Militer sangat dominan dalam pemerintahan Turki yang diperkuat oleh pasal-pasal konstitusi, dan menjadi pengawal Kemalisme serta menjaga keamanan negara. Oleh karena itu telah berulangkali militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang ada dengan alasan untuk menyelamatkan ideologi Kemalisme, yaitu pada tahun 1960, 1971, 1980, dan 1997.
2.      Pasca Pemerintahan Mustafa Kemal tuntutan rakyat untuk terjemahan autentik Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki disuarakan kembali, Adzan dan bacaan-bacaan sholat kembali menggunakan bahasa arab. Ketaatan orang-orang Turki untuk melakukan shalat, berpuasa, dan membangun masjid-masjid yang indah  adalah sangat terkenal dan tuntutan untuk pendidikan Islam yang lebih tinggi makin meningkat sejak tahun 1950.
3.      Sosok Erdogan telah membawa perubahan bagi Turki dan dunia Islam. Sehingga Peran Turki di tingkat regional Eropa dan Timur Tengah sangat berpengaruh, dan bahkan posisi Turki sekarang menjadi sangat penting dalam masalah isu politik global dan dunia Islam. Karena visi politiknya yang menjadi kekuatan baru dunia Islam dengan semangat neo-ottomanisme, yang siap bersaing dengan Barat secara positif, dalam bingkai demokrasi, tentunya bukan imprealisme kekaisaran.

Text Box: 13

 


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Akbar S.,  Rekonstruksi Agama Islam, Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2002.

Ali, H.A. Mukti,  Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Jakarta: Djambatan, 1994.

Hidayat, Komaruddin, Islam, Demokrasi dan Sekularisme di Turki, http://paramadina.or. id/2013/11/06/islam-demokrasi-dan-sekularisme-di-turki/




Mughni , Syafiq A., Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Cet. I; Jakarta : Logos, 1997.

Sani, Abdul, Perkembangan Modern dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Sekigawa, Muhammad Joe, Ringkasan Buku : Kebangkitan Pos-Islamisme; Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu, https://kammistksbandung.wordpress.com/2012/06/18/pos-islamisme-dalam-perpolitikan-turki-kontemporer/

Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2011.

Zaini, Muhammad, (2013) Gebrakan Dakwah dan Politik Erdogan dalam Mewujudkan Visi Besar Neo Ottomanisme, Makalah, (Jakarta : Pascasarjana UIA Jakarta),




[1]Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h.131
[2]Ibid. h. 132
[3]Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Cet. I; Jakarta : Logos, 1997), h. 151
[4]Ibid., h. 152-153
[5]Ibid, h. 157
[6]Komaruddin Hidayat, Islam, Demokrasi dan Sekularisme di Turki, http://paramadina.or. id/2013/11/06/islam-demokrasi-dan-sekularisme-di-turki/ di akses tanggal 2 Desember 2015.
[7]H.A. Mukti Ali,  Islam dan Sekularisme di Turki Modern, (Jakarta: Djambatan, 1994), h.144.
[8] Ibid, h. 145
[9]Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2011), h. 231
[10]H.A. Mukti Ali, Op.Cit. h. 148
[11]Akbar S. Ahmed,  Rekonstruksi Agama Islam, (Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 156
[13]Ibid.
[16]Muhammad Joe Sekigawa, Ringkasan Buku : Kebangkitan Pos-Islamisme; Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu https://kammistksbandung.wordpress.com/2012/06/18/pos-islamisme-dalam-perpolitikan-turki-kontemporer/ di akses tanggal 2 Desember 2015
[17]Muhammad Zaini, (2013) Gebrakan Dakwah dan Politik Erdogan dalam Mewujudkan Visi Besar Neo Ottomanisme, Makalah, (Jakarta :Pascasarjana UIA Jakarta), http://muhammadzainikepri.blogspot.co.id/2013/03/gebrakan-dakwah-dan-politik-erdogan_3781.html?m=1 di akses tanggal 4 Desember 2015.

Perkembangan Turki Abad 21

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Orang-orang Turki merasa lekat dengan agama yang mereka anut semenjak berabad-abad la...