Senin, 04 April 2016

MUHAMMAD IQBAL (Teori Gerak dan Dinamisme Islam)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berbicara masalah Islam dan pemikiran tokoh-tokohnya sungguh akan memerlukan waktu yang sangat panjang, mengingat banyaknya figur dan aktifitas yang pernah dilakukannya sehingga mengantarkannya menjadi seorang tokoh, berikut pemikiran-pemikiran yang telah berhasil mengukir sejarah dan melahirkan peradaban baru bagi umat Islam. Salah satu tokoh yang menjadi perhatian para pengkaji adalah Muhammad Iqbal, seorang muslim mufakkir brilian asal India.
Muhammmad Iqbal adalah seorang intelektual asal India-Pakistan yang telah melahirkan pemikiran dan peradaban besar bagi generasi setelahnya. Ia merupakan sosok pemikir multidisiplin, seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum, filosof, pendidik dan kritikus seni. Menilai kepiawaiannya yang multidisiplin itu, tentulah sukar bagi kita untuk melukiskan tiap-tiap aspek kepribadian Muhammad Iqbal. Jiwanya yang piawai tidak saja menakjubkan tetapi juga jarang ditemui. Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak perubahan tersebut agar sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu hukum Islam dihadapkan kepada masalah signifikan, yaitu sanggupkah hukum Islam memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam mengantisipasi gerak perubahan ini.
Text Box: 1Di dalam kehidupannya, Muhammad Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Meskipun Muhammad Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Dia mengkritik sebab kemunduran Islam karena kurang kreatifnya umat Islam, konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang didalam kejumudan.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan fokus kajian yang akan di bahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah biografi Muhammad Iqbal?
2.      Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal tentang gerak dan dinamisme Islam?
3.      Apa tujuan dinamisme Islam dalam pemikiran Muhammad Iqbal?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot (India Inggris), sekarang Pakistan, tentang tanggal lahirnya ada yang mengatakan tahun 1876[1] dan tanggal 9 November 1877[2]. Sialkot terletak diperbatasan Punjab Barat dan Kasymir,[3] dari keluarga yang tidak begitu kaya. Nenek moyangnya berasal dari Lembah Kasymir. Ia meninggal dunia di Lahore 21 April 1938.[4] Ayahnya Nur Muhammad yang pegawai negeri kemudian menjadi pedagang merupakan seorang muslim yang saleh dengan kecenderungan kepada tasawuf. Muhammad Iqbal menerima pendidikan awalnya di sebuah madrasah (Maktab) dan kemudian di Scottish Mission School. Dalam waktu kecilnya ia mendapat pengaruh dari Sayyid Mir Hasan, yang mengerti bakat yang besar dari Muhammad Iqbal, dan selalu memberinya semangat dalam setiap kemungkinan.
Text Box: 3Setelah selesai dari Government College, Iqbal menerima saran Arnold untuk belajar di Eropa. Pada tahun 1905 Iqbal pun akhirnya berangkat ke Inggris dengan membawa bekal ilmu dari dua gurunya, Mir Hasan dan Arnold. Di Inggris, ia melanjutkan program Magister di Cambridge University. Selama tiga tahun, hidup Iqbal habis untuk menyerap filsafat Barat. Ia belajar filsafat dari Taggart- Guru besar agama di Cambridge.[5]
Muhammad Iqbal adalah seorang filsuf dan penyair. Syairnya menjadi hebat karena filsafatnya dan filsafatnya menjadi hebat karena syairnya. Ide-idenya tentang pembaruan dan politik mengantarkan umat Islam India menjadi suatu bangsa yang lepas dari bayangan-bayangan India, yakni Pakistan. Meskipun dia seorang penyair dan filsuf pemikirannya mengenai kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berpengaruh pada gerakan pembaruan Islam.[6]
Muhammad Iqbal salah seorang pelopor pendirinya Negara Pakistan, sebagaimana ditegaskannya dalam Rapat Tahunan Liga Muslim di tahun 1930: “Saya ingin melihat Punjab, Daerah Perbatasan Utara, Sindi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu Negara”. Dan di sinilah diumumkan secara resmi ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri Pakistan[7]
Ide Muhammad Iqbal bahwa umat Islam India merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu Negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang persaudaraan dan persatuan umat Islam. Ia bukanlah seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah seorang pan-Islamis. Islam, bukanlah nasionalisme dan bukan pula imperialisme, tetapi Liga Bangsa-Bangsa. Islam dapat menerima batas-batas yang memisahkan satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan perbedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit ufuk pandangan umat Islam. Bagi Muhammad Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari republik itu.[8]
Muhammad Iqbal mewariskan banyak karya tulis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atas tanggapan orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Kebanyakan karya-karya ini menggunakan bahasa Persia, menurut Nicholson, agar bisa di akses oleh dunia Islam, tidak hanya masyarakat India. Sebab saat itu, bahasa Persi adalah bahasa yang dominan di dunia Islam dan dipakai masyarakat terpelajar. Karya-karyanya antara lain.[9]
1.      The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)
2.      Asra-I Khudi (Lahore, 1916)
3.      Rumuz I-Bukhudi (Lahore, 1918)
4.      Javid Nama (Lahore, 1932)
5.      The Reconstruction of Regios Thought in Islam (London, 1934)
6.      Musafir (Lahore, 1936)
7.      Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)

B.     Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Gerak dan Dinamisme Islam
Muhammad Iqbal beteriak dengan lantang agar umat Islam bangkit dari ketertinggalannya. Melalui karya puisi dan karya ilmiahnya ia ingin membangkitkan daya hidup kaum Muslmin untuk maju. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya mengalir-bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan,[10] sementara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia. Kepribadian yang ingin dicapai Muhammad Iqbal tidak hanya berpengetahuan namun juga aktif dan dinamis.[11]
Sama dengan pembaru-pembaru lain, Muhammad Iqbal berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis. Pintu ijtihad tertutup, sehingga tidak banyak lagi kreatifitas para ulama. Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf, namun sebab terutamanya adalah kehancuran Baghdad.[12]. Baghdad dihancurkan dengan penghancuran yang tragis dan dramatis.[13] Umat Islam harus mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah ini. Kehancuran kota seribu satu malam, Bahgdad menimbulkan pengaruh besar dalam sejarah Islam dan imajinasi bagi penyair seperti Muhammad Iqbal, bagaiamana membangkitkan daya hidup umat Islam untuk kembali menuju masa kejayaan Baghdad periode kemajuan.
Iqbal berpendapat bahwa ijtihad merupakan prinsip gerakan dalam struktur Islam[14]. Bagi Iqbal, hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad pun tidak pernah tertutup. Lebih jauh dia menyatakan bahwa Islam pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Al- Qur’an senantiasa menganjur kan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang dan malam, dan sebagainya. Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Tetapi sebaliknya Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Begitu tinggi dia menghargai gerak, sehingga dia menyebut bahwa orang kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur.[15]
 Dengan kata lain, ijtihad yang difahami Iqbal adalah bagaimana selalu melakukan penyegaran pemikiran keagamaan dalam Islam dengan historisitas keberagamaan manusia. Yaitu dengan cara mencermati kembali makna normatif nas-nas al-Qur’an dan Sunnah secara lebih kontekstual, sambil juga mengaitkannya secara langsung dengan persoalan-persoalan historis keberagamaan Islam kontemporer.[16] Namun hal yang perlu dicatat menurut Iqbal, terkait dengan pandangan dinamis al- Qur’an adalah bahwa walaupun al- Qur’an tidak bertentangan dengan perkembangan pemikiran, kita tidak boleh melupakan bahwa hidup itu bukanlah semata-mata hanya perubahan saja, tetapi juga mengandung unsur pemeliharaan (conservation).[17]
 Iqbal berharap generasi muda mengikutinya dalam berijtihad secara bertanggungjawab, menafsirkan al-Qur’an dan Sunnah serta menyusun pendapat baru dengan menerapkan deduksi analitis. Iqbal berharap meletakkan dasar-dasar bagi agama dan ilmu untuk menemukan kesaling selarasan yang memungkinkan kaum Muslim mempelajari ilmu modern dan memanfaatkan teknologi guna meningkatkan eksistensi material mereka.
Jika Islam ingin maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam harus kerja sungguh-sungguh, tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja sungguh-sungguh akan mengangkat derajat bangsa menuju kemenangan.[18] Muhammad Iqbal ingin membangkitkan etos kerja Islam. Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang manusia yang menyejarah dalam jatuh bangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos kerja Islam adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang amat luas dan kompleks.[19] Peradaban-peradaban lampau dikenal karena meninggalkan karyanya bagi generasi belakangan.
Muhammad Iqbal ingin meningkatkan sumber daya manusia umat Islam yang lemah jauh tertinggal dari orang-orang Barat. Di dalam peradaban Barat modern selalu diisi dengan munculnya temuan-temuan baru dalam lapangan kehidupan. Muhammad Iqbal ingin agar umat Islam menerima, mengembangkan dan juga mengkritisisi hasil-hasil rasionalisme modern.[20] Muhammad Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan contoh sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah imu pengetahuannya.[21] Bagi Muhammad Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.[22]
Berhenti berarti mati, bergerak berarti hidup. Kalau manusia tidak mengambil prakasa, kalau manusia tidak bersedia mengembangkan kekayaan bathinnya, kalau manusia berhenti merasakan gejolak bathin yang hidup lebih tinggi, roh yang ada di dalam dirinya akan mengeras menjadi batu, dan dia merosot turun ke tingkat benda mati. 
Dalam pandangan Muhammad Iqbal, untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di atas bumi ini bukan saja dianjurkan, tetapi lebih dari itu, merupakan kewajiban setiap muslim. Oleh sebab itu, perkembangan individualitas adalah suatu proses kreatif yang di dalamnya manusia harus memainkan peranan aktif, terus-menerus beraksi dan bereaksi dengan penuh tujuan terhadap lingkungan. Muhammad Iqbal percaya bahwa gagasan semata-mata tidaklah memberikan momentum pada gerak maju manusia, kecuali perbuatan yang membentuk esensi dan bobot kehidupan manusia.

C.    Tujuan Dinamisme Islam dalam Pemikiran Muhammad Iqbal
Sebagaimana yang telah diuraikan, Muhammad Iqbal menegaskan penolakannya kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara sebagai dasar masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Muhammad Iqbal, merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat pada adanya pemisahan sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa dan adanya pemisahan agama dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya “Political Thought in Islam”, menegaskan bahwa cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang lahir dari suatu internalisasi semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan batin masyarakat ini, muncul tidak dari kesatuan geografis dan etnis. Akan tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya. Keanggotaan atau kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat yang hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.[23]
Dari uraian-uraian yag ada memberikan satu penjelasan bahwa tujuan Dinamisme Islam Muhammad Iqbal adalah:[24]
1.      Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan, yaitu usaha mengembalikan pemahaman itu kepada pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk.
2.      Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
3.      Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis. 
4.      Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
5.      Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad tidak pernah akan tertutup.
Jadi Muhammad Iqbal dengan gerakan reformasi pemikiran keagamaan dalam Islam itu, menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti salah satu filsafat barat, tapi karena pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman orang-orang muslim pertama. Agar terwujudnya umat Islam yang dinamis dilingkungannya.
Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Muhammad Iqbal menjadikan alam materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi.[25] Jadi, keabadian personalitas menurut Muhammad Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.
BAB III
PENUTUP
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di Inggris. Pada tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Menurut M. Iqbal, Islam pada hakekatnya menganjurkan dinamisme. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal di dalam menginterpretasikan ayat ataupun tanda yang ada dalam alam semesta, sebagaimana adanya rotasi bumi, matahari, dan bulan. Orang-orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda tersebut akan buta terhadap masa yang akan datang. Konsep Islam tentang alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Islam menolak konsep lama yang menyatakan bahwa alam itu statis, dan mempertahankan konsep dinamisme serta menengahi adanya gerak dan perubahan dalam kehidupan sosial. Prinsip yang dipakai dalam gerak tersebut adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam.
Tujuan dinamisme Islam pemikiran Iqbal adalah agar umat Islam selalu melakukan perubahan dan perbaikan serta tidak bersifat statis, padahal diperintahkan untuk bersifat dinamis.

Text Box: 12
 


DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan Cet. I; Bandung: Mizan, 1993.
-----------------, Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan Muhammad Iqbal, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Al-Bahiy, Muhammad, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986.
Al-Qalbi, Alqissah Nur, Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal, http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
Amin, Abdullah, M., Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman Kontemporer, Bandung: Mizan, 2000
Arief, Fikri, Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal, http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html,
As’arie, Musa, Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas, Yogyakarta: LESFI, 2005.
Asmuni, M.Yusran, Pengantar Studi Pemikran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Hamid, Abdul, Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Iqbal, Muhammad, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, Penerjemah: Osman Ralybi,Jakarta: Bulan Bintang, 1966.
____________. Rekonstruksi Pemikiran Islam.  Penerbit : Kalam Mulia. 1994.
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009.
Ma’arif, A. Syafii, Peta Bumi Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1993.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985.
Siddik, Abdullah, Islam dan Filsafat, Jakarta : Triputra Masa, 1984.
Soleh, Khudori, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Text Box: 13Supriyadi, Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Konsep, Filsuf dan Ajarannya, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.



[1]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 2003),  h. 190.
[2]Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Konsep, Filsuf dan Ajarannya, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), h. 261
[3]A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan  (Cet. I; Bandung: Mizan, 1993), h. 173.  
[4]Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat, (Jakarta : Triputra Masa, 1984), h. 179.
[5]Iqbal, Muhammad. Rekonstruksi Pemikiran Islam, (Kalam mulia, 1994), h. 46.
[6]Abdul Hamid, Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 161
[7]M.Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 47
[8]Harun Nasution, Pembaharuan, Op.Cit., h. 186-187
[9]Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h. 231
[10]Harun Nasution, Pembaharuan, Op.Cit., h. 191.
[11]Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1985), h. 67.
[12]Harun Nasution, Pembaharuan,Op.Cit., h. 191
[13]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 167.
[14]Muhammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, Penerjemah: Osman Ralybi,Jakarta: Bulan Bintang, 1966, h. 172
[15]Harun Nasution, Pembaharuan,Op.Cit., h. 192
[16]Abdullah, M. Amin., Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman Kontemporer, Bandung: Mizan, 2000, hal. 42
[17]Muhammad Iqbal, Pembangunan….Op.Cit. h. 193
[18]Abdulah Sidik, Islam, Op.Cit. h. 180.
[19]Musa As’arie, Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas (Yogyakarta:  LESFI,  2005), h. 59.
[20]Fazlur Rahman, Islam dan Filsafat, Op. Cit., h. 124.
[21]Harun Nasution, Pembaharuan, Op.Cit. h. 193.
[22]Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas Op.Cit. , h. 66.
[23]Fikri Arief, Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal, http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html, diakses tanggal 10 Desember 2015
[24]Alqissah Nur Al-Qalbi, 2012, Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal, http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html di akses tanggal 11 Desember 2015
[25]Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), h.264

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perkembangan Turki Abad 21

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Orang-orang Turki merasa lekat dengan agama yang mereka anut semenjak berabad-abad la...